Skema greenshoe option mengacu pada peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No.XI.B.4 tentang Stabilisasi Harga Saham dalam Rangka Penawaran Umum Perdana (IPO). Berikut adalah cara mekanisme greenshoe.
Opsi Overallotment (Opsi Lebih Jual)
Ketika perusahaan melakukan IPO, penjamin emisi (underwriter) dapat menjual lebih banyak saham dari yang ditawarkan dalam prospektus awal, biasanya penjatahan kelebihan penjatahan hingga 15% hal ini disebut "overallotment" atau "short position.
Menstabilkan Harga Saham
Jika pasca IPO harga saham perusahaan turun, penjamin emisi dapat membeli kembali saham yang dijual secara keseluruhan untuk menstabilkan harga di pasar dan membantu mengurangi volatilitas harga pasca IPO.
Harga Saham Naik
Jika harga saham meningkat dan permintaan pasar tetap tinggi, penjamin emisi dapat menggunakan opsi greenshoe untuk menerbitkan saham tambahan. Dengan cara ini, perusahaan yang go public dapat mengumpulkan lebih banyak modal dari IPO, dan penjamin emisi tidak perlu membeli saham kembali di pasar sekunder dengan harga lebih tinggi.
Istilah "greenshoe" berasal dari Greenshoe Manufacturing Company, yang pertama kali menggunakan opsi ini dalam proses IPO dan sampai sekarang skema ini menjadi standar dalam industri pasar modal. Banyak perusahaan besar di seluruh dunia telah menggunakan skema greenshoe saat IPO, hal tersebut bertujuan untuk menstabilkan harga saham dan memaksimalkan modal. Berikut adalah beberapa contoh perusahaan yang telah menggunakan skema greenshoe:
Alibaba Group
Alibaba, merupakan perusahaan e-commerce terbesar asal Tiongkok, dan melakukan IPO pada tahun 2014 di Bursa Efek New York. Mereka menggunakan skema greenshoe, yang memungkinkan penjamin emisi untuk menjual saham tambahan senilai sekitar $3,8 miliar dari penjualan keseluruhan sebesar $25 miliar.
Facebook menggunakan opsi greenshoe saat IPO mereka pada tahun 2012. Dari total $16 miliar yang diperoleh dari IPO, penjamin emisi mengeksekusi greenshoe dan menjual tambahan 63 juta saham, menjadikannya salah satu IPO terbesar di AS pada saat itu.
Uber Technologies
Uber melakukan IPO di bursa Nasdaq, mereka juga menggunakan skema greenshoe. IPO Uber mengumpulkan sekitar $8,1 miliar, dan penjamin emisi memiliki opsi untuk membeli tambahan saham dengan nilai 15% lebih dari jumlah yang diterbitkan.
PetroChina
PetroChina merupakan salah satu perusahaan minyak dan gas terbesar di dunia, pada tahun 1999 perusahaan ini menggunakan skema greenshoe ketika mereka melakukan IPO di Hong Kong dan New York.
SoftBank
SoftBank Group asal Jepang pada tahun 2018, menggunakan skema greenshoe saat IPO SoftBank Mobile. IPO ini menjadi salah satu yang terbesar di Jepang dengan pengumpulan dana sekitar $23,5 miliar.
Itulah beberapa contoh perusahaan yang memanfaatkan skema greenshoe untuk menjaga stabilitas harga saham mereka pasca IPO dan memaksimalkan modal yang dikumpulkan, terutama jika ada permintaan lebih tinggi dari pasar.
****