Analisis EBITDA & Perhitungannya

 


EBITDA (Earnings Before Interest, Taxes, Depreciation, and Amortization) adalah suatu indikator yang memperlihatkan kinerja keuangan untuk mengukur profitabilitas atau pendapatan sebelum pajak, dan beban non-kas seperti depresiasi dan amortisasi. Rumus untuk menghitung EBITDA adalah: 

EBITDA = Pendapatan Operasional + Depresiasi + Amortisasi atau EBITDA = Laba Bersih + Bunga + Pajak + Depresiasi + Amortisasi.


Analisis EBITDA

Bagaimana melihat bahwa EBITDA perusahaan dikatakan bagus dengan hasil kinerjanya? EBITDA yang bagus tergantung pada sejumlah faktor seperti pada masing-masing industri yang memiliki standar EBITDA yang berbeda. Untuk sektor-sektor dengan biaya tetap yang rendah biasanya cenderung memiliki EBITDA margin yang lebih tinggi karena mampu menekan biaya operasional, sementara sektor yang lebih padat modal mungkin memiliki margin EBITDA yang lebih rendah. Selain itu skala perusahaan yang lebih besar seringkali memiliki EBITDA yang lebih tinggi dibandingkan dengan perusahaan yang lebih kecil. Efisiensi operasional juga berperan karena memiliki proses operasional yang efisien dan biaya yang terkendali cenderung memiliki EBITDA yang lebih baik.


Sebagai contoh industri dengan margin tinggi seperti software atau teknologi, sering memiliki EBITDA margin di atas 30%. Sedangkan industri dengan margin rendah seperti ritel atau manufaktur, mungkin memiliki margin EBITDA sekitar 10% atau lebih rendah. Untuk melihat lebih jauh seberapa baik nilai EBITDA dapat dilihat dari beberapa faktor sebagai berikut: 


Nilai Absolut EBITDA

EBITDA yang besar secara absolut menunjukkan bahwa perusahaan memiliki operasi yang menghasilkan laba yang kuat sebelum beban-beban non-operasional dan non-kas. Namun, nilai absolut saja tidak selalu cukup untuk menilai apakah EBITDA itu bagus karena perlu melihat perbandingan dengan skala operasi perusahaan.


Margin EBITDA (EBITDA Margin)

EBITDA margin dapat dihitung dengan EBITDA / Total Pendapatan. Margin EBITDA yang tinggi menunjukkan efisiensi operasional yang kuat, di mana perusahaan mampu menghasilkan laba yang signifikan dari setiap unit pendapatan. Margin EBITDA yang bagus bervariasi tergantung pada industri, tetapi biasanya berkisar antara 10%-40%. Industri dengan margin tinggi seperti sektor teknologi, perangkat lunak, dan farmasi sering memiliki margin EBITDA tinggi karena biaya produksi yang relatif rendah. Sedangkan industri dengan margin rendah seperti sektor ritel, manufaktur, atau energi biasanya memiliki margin EBITDA yang lebih rendah karena sifat industri yang lebih padat modal dan marjin keuntungan yang tipis.


Pertumbuhan EBITDA

Selain nilai dan margin EBITDA, pertumbuhan EBITDA dari waktu ke waktu adalah indikator penting lainnya. Pertumbuhan EBITDA yang konsisten menunjukkan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan efisiensi operasionalnya dan atau memperluas bisnisnya dengan cara yang menguntungkan. Investor biasanya mencari perusahaan dengan tren EBITDA yang stabil atau meningkat.


Perbandingan dengan Kompetitor

EBITDA yang bagus harus dibandingkan dengan perusahaan lain dalam industri yang sama. Jika EBITDA perusahaan lebih tinggi dibandingkan dengan pesaingnya, ini menunjukkan bahwa perusahaan lebih efisien atau memiliki skala yang lebih besar dalam operasinya.


Rasio Utang terhadap EBITDA (Debt/EBITDA)

Rasio utang terhadap EBITDA digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan membayar utangnya. Rasio yang lebih rendah lebih diinginkan karena menunjukkan bahwa perusahaan memiliki EBITDA yang cukup untuk menutupi pembayaran utang. Umumnya Debt to EBITDA ratio kurang dari 3 dianggap sehat, tetapi ini juga bervariasi tergantung pada industri.


Itulah beberapa penjelasan tentang analisis EBITDA. EBITDA yang bagus adalah kombinasi dari beberapa faktor yang sudah dijelaskan untuk menilai bagus atau tidaknya suatu kinerja EBITDA perusahaan tentunya perlu dilihat dalam konteks industri perusahaan, ukuran perusahaan, dan kondisi ekonomi dan pasar yang ada.


***