Analisis Common Size Dalam Laporan Keuangan



Analisis common size merupakan salah satu metode dalam analisis laporan keuangan yang digunakan untuk menilai dan membandingkan struktur keuangan suatu perusahaan. Cara kerja analisis ini melibatkan perhitungan setiap akun pada laporan keuangan menjadi angka persentase dari angka dasar, sehingga memudahkan dalam membandingkan antar periode laporan keuangan tiap tahunnya, tanpa memperhitungkan ukuran absolutnya. Ada dua laporan keuangan utama yang bisa dianalisis dengan metode common size yaitu laporan laba rugi (income statement) dan neraca (balance sheet).

Analisis common size pada laporan laba rugi
Dalam analisis common size pada laporan laba rugi, setiap akun dihitung sebagai persentase dari angka dasar sebagai contohnya:
  • Pendapatan = 100% (sebagai basis)
  • Beban Pokok Penjualan (COGS) = (Beban Pokok Penjualan ÷ Pendapatan) x 100
  • Laba Kotor = (Laba Kotor ÷ Pendapatan) x 100
  • Biaya Operasional = (Biaya Operasional ÷ Pendapatan) x 100
  • Laba Bersih = (Laba Bersih ÷ Pendapatan) x 100
Jika dalam laporan laba rugi terdapat angka dasar dan common sizenya seperti Pendapatan Rp1.000.000 berarti common sizenya 100%, Beban Pokok Penjualan Rp600.000 sama dengan 60%, Laba Kotor Rp400.000 yaitu 40%, Biaya Operasional Rp200.000 sama dengan 20% dan Laba Bersih Rp200.000 menjadi 20%. Dari contoh ini, terlihat bahwa Beban Pokok Penjualan menyumbang 60% dari pendapatan, artinya setiap Rp 1 penjualan menghasilkan biaya Rp 0,60 untuk produksi barang atau jasa. Laba bersih sebesar 20% menunjukkan bahwa dari setiap Rp 1 pendapatan, perusahaan menghasilkan Rp 0,20 sebagai laba.

Analisis common size pada laporan neraca
Dalam analisis common size pada neraca, setiap item per akun dihitung sebagai persentase dari total aset. Hal tersebut dapat membantu menilai bagaimana proporsi setiap item pada neraca terhadap total aset. Jika dalam laporan neraca terdapat hasil sebagai berikut Aset Lancar Rp600.000 common size nya sama dengan 60%, Aset Tetap Rp400.000 yaitu 40%, Total Aset Rp1.000.000 yaitu 100%, Utang Jangka Pendek sebesar Rp300.000 sama dengan 30%, Utang Jangka Panjang Rp200.000 sama dengan 20%, Ekuitas Rp500.000 yaitu 50%, dan Total Kewajiban & Ekuitas Rp1.000.000 sama dengan 100%. Dari hasil tersebut menunjukan bahwa Aset Lancar sebesar 60% mengartikan bahwa sebagian besar aset perusahaan berbentuk likuid atau dapat dengan cepat dikonversi menjadi kas. Sedangkan Utang Jangka Pendek yang 30% dari total aset bisa diartikan sebagai tingkat risiko jangka pendek yang harus diperhatikan.

Analisis common size membantu untuk melihat perbandingan dalam bentuk persentase, ini mempermudah perbandingan antar perusahaan satu dengan yang lain atau antara periode waktu yang berbeda. Dengan melakukan analisis common size dari tahun ke tahun, tren dalam struktur keuangan perusahaan dapat dengan mudah diidentifikasi. Investor dalam hal ini dapat melihat bagaimana perusahaan mengalokasikan dananya, serta berapa besar pendapatan yang dihabiskan untuk berbagai jenis biaya dan juga mendeteksi permasalahan seperti perubahan signifikan dalam proporsi tertentu, seperti kenaikan utang jangka pendek secara tiba-tiba, bisa menjadi tanda potensi masalah keuangan.

Disisi lain keterbatasan dalam analisis common size adalah tidak menggambarkan kinerja absolut karena hanya menampilkan angka persentase, sehingga tidak memperhatikan jumlah nominal yang sebenarnya. Keterbatasan data historis, seperti jika tidak ada data yang mencukupi untuk membandingkan tren, analisis ini bisa menjadi kurang informatif. Dan dalam persentase kurang terlihat seberapa baik perusahaan menggunakan sumber dayanya untuk menghasilkan keuntungan karena angka yang ditampilkan hanya persentase. Secara keseluruhan, analisis common size hanya membantu untuk memberikan wawasan yang cepat dan mudah dalam membaca laporan keuangan suatu perusahaan.

****